Senin, 02 Maret 2009

PANTAI LOVINA*


Dingin udara pagi belum surut dari Pantai Lovina, sebuah kawasan di Bali bagian utara, tepatnya di Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Keremangan menggantung di langit Lovina saat pagi-pagi buta wisatawan mulai menyerbu pantai berpasir hitam itu.
Wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Lovina tidak keberatan untuk bangun pagi buta. Dalam dingin segarnya pagi, mereka berlabuh dengan perahu motor berkapasitas maksimal lima orang. Tak jarang calon penumpang diminta mendorong perahu terlebih dahulu dari bibir pantai oleh sang pemilik perahu.
Kerja sama di pagi itu pun sudah mampu menawarkan suasana hangat dan akrab antara penumpang dan pemilik jasa perahu motor. Di perahu para wisatawan akhirnya berkenalan dan berbincang sepanjang perjalanan lebih dari satu kilometer ke tengah laut.
Perjalanan pagi di akhir bulan Januari itu akan mengantar wisatawan ke perairan Lovina. Di perairan biru tersebut wisatawan akan disuguhi atraksi alami puluhan ekor ikan lumba-lumba. Meski yang muncul puluhan jumlahnya, hal itu dipercaya bahwa di perairan Laut Bali tersebut hidup lebih dari 100 ekor lumba-lumba. Mereka hanya muncul sekitar pukul 06.00 hingga 08.00 Wita, begitu kata nelayan-nelayan di sana.
Binatang berbadan hitam dan putih pada bagian perutnya itu dengan riangnya akan memunculkan diri di permukaan air. Wisatawan akan berlomba-lomba mengabadikan binatang yang memiliki tubuh licin laksana plastik tersebut.
Lihat di sebelah sana, over there, seru Bangli, pemilik perahu yang sekaligus pemandu Dolphin Tour. Bangli, laki-laki pemilik perahu motor yang pagi itu mengantar wisatawan menyaksikan lumba-lumba, dengan bersemangat ikut berpetualang. Dalam perahunya ada empat penumpang. Dua dari Indonesia dan dua lagi wisatawan China.
Bangli bersama puluhan pemilik perahu motor tergabung dalam satu kelompok nelayan. Matanya menatap awas ke lautan, mencari-cari kawanan lumba-lumba. Suara riuh teriakan kagum wisatawan berbaur dengan berisiknya suara motor pendorong perahu.
Saat perahu sudah dekat dengan lumba-lumba, motor perahu pun dimatikan. Dalam suasana sunyi itu, wisatawan dapat menyaksikan aksi lumba-lumba dengan lebih nyaman. Kawanan lumba-lumba akan bubar jika ada perahu yang mendekat dengan motor masih menyala.
Pemandangan seperti ini, menurut cerita Bangli, sudah berlangsung sejak tahun 1976-an. Saat itu adalah kali pertama nelayan-nelayan di perairan Lovina membuka jasa penyewaan perahu untuk menyaksikan kelincahan lumba-lumba.
Saat itu belum ada perahu motor. Menurut cerita ayah saya, nelayan saat itu memakai perahu layar untuk mengantar wisatawan melihat lumba-lumba. Perahu dengan motor baru ada tahun 1986-an, ujar Bangli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar